Sunday, October 30, 2011

Tugas Makalah Ilmu Alamiah Dasar

Perkembangan dan Pengembangan IPA
 
Pengembangan Ilmu Pengetahuan Alam Menurut Islam




Description: UMS-Surakarta.png





SIGIT SETYO PRASOJO
K100100106






FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2011
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul  “Pengembangan Ilmu Pengetahuan Alam Menurut Islam” tepat pada waktunya.
Makalah ini merupakan pengembangan pembelajaran untuk pemahaman lebih lanjut dalam mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar (IAD) secara mendalam. Semoga makalah ini dapat berguna sebagaimana mestinya dalam pengembangan mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar, khususnya di Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta ini.
Terima kasih saya ucapkan kepada dosen pengajar mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar, atas bimbingan dan pengarahannya selama penyusunan makalah ini, serta pihak-pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu per satu.
Saya juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saya sangat membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dan pada intinya untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan agar dimasa yang akan datang lebih baik lagi.

Penulis,
SIGIT SETYO PRASOJO



DAFTAR ISI
Kata Pengantar ..............................................................................................      ii
Daftar Isi .......................................................................................................      iii
BAB 1. PENDAHULUAN ..........................................................................      1
BAB 2. PEMBAHASAN .............................................................................      3
BAB 3. KESIMPULAN ...............................................................................      10
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................      11

















BAB 1
PENDAHULUAN


          Manusia adalah khalifah di bumi. Dapat juga disebut sebagai penguasa, pengelola, penata dan pembangun. Pengangkatan manusia sebagai khalifah, pengemban amanah dilengkapi oleh Allah dengan akal. Akal merupakan nikmat Allah, Pada zaman purba manusia bepergian dengan berjalan kaki, kemudian mendapat gagasan memanfaatkan binatang, lalu menciptakan roda dan kendali, lalu berangsur-angsur memperbaiki kecepatan dan menciptakan teknologi transportasi sehingga dan kereta binatang menjadi kereta api, dan kereta api menjadi mobil, dan mobil menjadi pesawat terbang. Demikian pula dan perahu layar meningkat ke kapal api. ini, adalah merupakan hasil dan kerja makhluk yang mempunyai akal, yakni manusia. Di samping akal, Allah mengirimkan Rasul-Nya yang disertai dengan wahyu, sebagai penuntun manusia dalam menjalankan misinya, agar tidak terperosok ke jalan yang salah dan sesat.
          Para pemikir Islam abad XX, khususnya setelah Seminar Internasional Pendidikan Islam di Makkah pada tahun 1977, mengklasifikasikan ilmu menjadi dua kategori yaitu:
1. Ilmu abadi (perennial knowledge) yang berdasarkan wahyu. Ilahi yang tera dalam Alouran dan Hadis serta segala yang dapat diambil dari keduanya. hanya diberikan kepada manusia.
Text Box: 12. Ilmu yang dicari (acquired knowledge) termasuk sains kealaman dan terapannya yang dapat berkembang kualitatif dan penggandaan, selama tidak bertentangan dengan Syari‟ah sebagai sumber nilai.
          Dalam konsep Islam (Timur), semua yang dipikirkan, dikehendaki, dirasakan dan diyakini, membawa manusia kepada pengetahuan dan secara sadar menyusunnya ke dalam sistem yang disebut Ilmu. Tetapi berbeda dengan konsep Barat, yang mengelompokkan ilmu itu kepada tiga; (1) Sciences (ilmu-ilmu kealaman, murni, biologi, fisika, kimia dam lainnya, (2) Social Sciences (ilmu-ilmu kemasyarakatan yang menyangkut perilaku manusia dalam interaksinya dalam masyarakat, dan (3) The Humanities (humaniora), ialah ilmu-ilmu kemanusiaan yang menyangkut kesadaran akam perasaan kepribadian dan nilai-nilai yang menyertainya sebagai manusia.
          Para ilmuan dewasa ini, baik ahli sejarah atau filsafat sains mengakui, bahwa sejumlah gejala yang dipilih untuk dikaji oleh ilmuan adalah alam materi. Ilmu pengetahuan ke-alam-an ini, menurut A. Mattulada, yang utama menghasilkan peralatan-peralatan kehidupan manusia yang disebut teknologi.












Text Box: 2
 

BAB 2
PEMBAHASAN

          Ilmu pengetahuan (sains) adalah teori-teori yang dikumpulkan manusia melalui suatu proses pengajian dan dapat diterima oleh rasio. Dalam pengumpulan data dan berbagai observasi dan pengukuran pada gejala alamiyah itu dianalisis, kemudian diambil kesimpulan. Inilah yang diberi istilah intizhar suatu kajian yang ada hubungannya dengan nazhar, yang bunyi dan artinya dekat dengan nalar.
          Ciri khas dan sains natural, ialah disusun atas dasar intizhar terhadap gejala-gejala alamiyah yang dapat di teliti ulang oleh orang lain, dan merupakan hasil konsensus masyarakat ilmuan yang bersangkutan. Tegasnya mernpunyai sifat keterbukaan.
          Bila ditelusuri ayat-ayat Alquran, akan dijumpai 854 kali kata „ilm disebut dalam berbagai bentuk dan arti. Antara lain sebagai proses pencapaian pengetahuan dan objek pengetahuan. Semua ilmu pengetahuan kealaman berkembang secara induktif dan intizhar, maka dengan semakin dewasanya sains natural itu sendini dan matematika, ia dapat berkembang secara deduktif. Dengan matematika dapat dirumuskan model-model alam atau gejala alamiyah yang sifat dan kelakuannya dapat dijabarkan secara matematis. Namun dari sekian banyak model yang dapat direkayasa, hanya mereka yang konsekuensinya sesuai dengan gejala alamiyah yang teramatilah yang dapat diterima oleh masyarakat ilmuan yang bersangkutan.
Text Box: 3          Intizhar akan melahirkan teori-teori baru, kemudian menghasilkan teknologi sebagai penerapan sains secara sistematis untuk mengubah / rnempengaruhi alam rnateri di sekeliling kita dalam suatu proses produktif ekonomis untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi umat manusia. Teknologi pembuatan mesin, pembuatan obat-obatan, pembuatan beraneka ragam bahan, termasuk bahan makanan, dan sebagainya adalah hasil penerapan ilmu fisika, kimia, biologi, dan lain-lain ilmu kealaman yang sesuai.
          Aya-ayat Alquran tidak satu pun yang menentang ilmu pengetahuan, tetapi sebaliknya banyak ayat-ayat Alquran menghasung dan menekankan kepentingan ilmu pengetahuan. Bahkan salah satu pembuktian tentang kebenaran Alquran adalah ilmu pengetahuan dan berbagai disiplin yang diisyaratkan. Memang terbukti, bahwa sekian banyak ayat-ayat Alquran yang berbicara tentang hakikat-hakikat ilmiyah yang tidak dikenal pada masa turunnya, namun terbukti kebenarannya di tengah-tengah perkembangan ilmu, seperti: (a) Teori tentang expanding universe (kosmos mengembang), QS: 51: 47), (b) Matahari adalah planet yang bercahaya sedangkan bulan adalah pantulan cahaya matahari. (QS: 10 5), Bumi bergerak mengelilingi matahari ...(QS: 27: 88), (c) Zat hijau daun (klorofil) yang berperan dalam mengubah tenaga radiasi matahari menjadi tenaga kimia melalui proses fotosintesis sehingga menghasilkan energi (QS: 36: so). Bahkan, istilah Al-Quran al-syajar al-akhdhar (pohon yang hijau) justru lebih tepat dan istilah klorofil (hijau daun), karena zat tersebut bukan hanya terdapat dalam daun, tetapi di semua bagian pohon, dan (d) Bahwa manusia diciptakan dari sebagian kecil sperma pria dan setelah fertilisasi (pembuahan) berdempet di dinding rahim (QS:86: 6 dan 7; 96: 2).
Text Box: 4          Banyak lagi yang lain tidak mungkin dikemukakan satu persatu, sehingga tepat sekali kesimpulan yang dikemukakan Dr. Murice Bucaille, bahwa tidak satu ayat pun dalam Alquran yang bertentangan dengan perkembangan ilmu pengetahuan.
          Salah seorang tokoh pembaharuan dalam Islam, Muhammad Abduh mengatakan, Islam adalah agama yang rasional, agama yang Sejalan dengan akal, bahkan agama didasarkan atas akal. Pemikiran rasional merupakan dasar pertama dari dasar-dasar Islam yang lain. Pemikiran rasional menurutnya adalah jalan untuk memperoleh iman sejati. Iman, tidaklah sempurna, kalau tidak didasarkan atas akal.
          Alquran antara lain menganjurkan untuk mengamati alam raya, melakukan eksperimen dan menggunakan akal untuk memahami fenomenanya, yang dalam hal ini ditemukan persamaannya dengan para ilmuan, namun di lain segi terdapat pula perbedaan yang sangat berarti antara pandangan atau penerapan keduanya. Dibalik alam raya ini ada Tuhan yang wujud-Nya dirasakan di dalam diri manusia, dan bahwa tanda-tanda wujud-Nya itu akan diperlihatkan-Nya melalui pengamatan dan penelitian manusia, sebagai bukti kebenaran Alquran. Hal ini dapat dibuktikan dengan memperhatikan bagaimana Alquran selalu rnengaitkan perintah-perintah-Nya yang berhubungan dengan alam raya dengan perintah pengenalan dan pengakuan atas kebesaran dan kekuasaan-Nya. Bahkan, ilmu dalam pengertian yang umum sekalipun oleh wahyu pertama Alquran (iqra'), telah dikaitkan dengan bismi rabbika. Ini memberi isyarat bahwa “ilmu tidak dijadikan untuk kepentingan pribadi, regional, atau nasional, dengan mengorbankan kepentingan-kepentingan lainnya‟.
Text Box: 5          Ilmu pada saat dikaitkan dengan bismi rabbika kata Prof. Dr. „Abdul Halim Mahmud, syaikh Jami‟ Al-Azhar- menjadi “demi karena Tuhan Pemeliharamu, sehingga harus dapat memberikan manfaat kepada pemiliknya, warga masyarakat dan bangsanya. Juga kepada manusia secara umum. Ia harus membawa bahagia dan cahaya keseluruh penjuru dan sepanjang masa.”
          Di Italia pernah diadakan suatu permusyawaratan ilmiyah tentang cultural relations for the future, yang kesimpulannya antara lain; Untuk menetralkan pengaruh tenologi yang menghilangkan kepribadian, kita harus menggali nilai-nilai keagamaan dan spiritual.
          Muhammad Iqbal, pernah mengungkapkan senada dengan pernyataan di atas, ketika ia menyadari dampak negatif perkembangan ilmu dan teknologi. Katanya; kemanusiaan saat ini membutuhkan tiga hal, yaitu penafsiran spritual atas alam raya, emansipasi spritual atas individu, dan satu himpunan asas yang dianut secara universal yang akan menjelaskan evolusi masyarakat manusia atas dasar spiritual. Sungguhpun ungkapan ini lebih dahulu dan pertemuan di Italia tersebut, namun tujuannya sama yakni pentingnya nilai-nilai agama untuk pengendalian diri dan pengaruh negatif yang timbul dan teknologi dan perkembangan ilmu pengetahuan.

Monday, October 17, 2011

makalah kimia organik-Sintesis Dibenzilidinaseton


BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Reaksi kondensasi adalah reaksi penggabungan dua molekul atau lebih menjadi satu molekul yang lebih besar dengan atau tanpa kehilangan satu molekul kecil. Senyawa dibenzildinaseton (1,5-difenil-1,4-pentana-3-on) antara benzaldehid dan aseton dengan katalis asam atau basa.
Dalam mekanisme reaksi mula-mula aseton bereaksi dengan basa (NaOH) sehingga membentuk ion enolat. Ion enolat ini bermuatan negatif dan akan menyerang atom CX+ pada benzaldehid. Setelah melalui serangkaian proses maka akan terbentuk dibenzilidinaseton. Sayrat terjadinya reaksi pembentukan dibenzilidinaseton ini harus ada H-X pada komponen karbonilnya. H-X ini akan diubah menjadi ion enolat oleh basa. Pada pembuatan dibenzilidinaseton digunakan benzaldehid dengan aseton, dengan katalis basa (NaOH). 2C6H5CHO + CH3 COCH3 →C6H5CH = CHCOCH = CHC6H5 + 2H2O

1.2    Rumusan Masalah
1.    Definisi Dibenzilidinaseton
2.    Alat dan Bahan dalam percobaan sintesis Dibenzilidinaseton
3.    Cara kerja sintesis Dibenzilidinaseton
4.    Kegunaan Dibenzilidinaseton
5.    Mekanisme reaksi Dibenzilidinaseton
6.    Kegunaan Dibenzilidinaseton
1.3 Tujuan Penulisan
1.    Mempelajari kondensasi aldehid aromatik dengan keton (reaksi kondensasi claisen-schmid)
2.    Untuk mempelajari mekanisme reaksi dalam sintesis Dibenzilidinaseton
3.    Untuk mengetahui kegunaan Dibenzilidinaseton
     
1.4       Manfaat Penulisan
Penulis harapkan dengan adanya penulisan ini pembaca dapat mengetahui tentang pentingnya sintesis Dibenzilidinaseton, dan kegunaannya dalam bidang farmasi maupun dalam kehidupan sehari hari.
















BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Definisi Dibenzilidinaseton
                   Dibenzilidinaseton merupakan senyawa karbonil tak jenuh α.β dalam senyawa karbonil tak jenuh α.β ikatan rangkap karbon-karbon dan ikatan rangkap karbon oksigen (dalam gugus karbonil) kedudukanya dipisahkan oleh sebuah ikatan tunggal karbon-karbon. Struktur sederhana dari dibenzilidinaseton.
                   Dibenzilidinaseton merupakan senyawa karbonil yang mempunyai hidrogen yang terikat pada atom karbon alfa yang mana dapat mengalami reaksi kondensasi aldol, dimana reaksi kondensasi aldol merupakan reaksi antara suatu aldehida dengan suatu keton dengan adanya katalis basa, dalam hal ini dibenzilidinaseton dapat dibuat melalui reaksi kondensasi aldol campuran (claisen schmidt) dari aseton dua ekivalensi benzaldehida gugus karbonil aseton sehingga bereaksi cepat dengan anion aseron menghasilkan β hidroksi ketondan dengan mudah mengalami dehidrasi dengan berkatalis basa sehingga dapat menghasilkan mono atau dibenzilidinaseton.






2.2  Alat dan Bahan dalam percobaan sintesis Dibenzilidinaseton
Ø Alat                                                                            
1.    Erlenmayer 250 ml
2.    Pengaduk megnetik
3.    Plate Mechanical Stirrer
4.    Termometer
5.    Corong buchner
6.    Gelas ukur
7.    Kompressor
Ø Bahan
1.    Benzaldehid                5.   Aquadest
2.    Aseton
3.    Etanol
4.    NaOH         

2.3  Cara Kerja Sintesis Dibenzilidinaseton
                   Pada percobaan sintesis dibenzilidinaseton yang pertama adalah memasukan reagen ke dalam erlenmayer (250 ml). Yang pertama dimasukan adalah aseton karena mempunyai BJ lebih kecil yaitu 0,79 sehingga memudahkan pencampuran lebih homogen. Kemudian dimasukan benzaldehid dan tambahkan etanol  75 ml. Campuran tersebut dijaga suhunya sekitar 20-220 C agar energi aktifasi pada suhu tersebut berlangsung optimal. Jika suhunya lebih dari 220 C maka tidak terbentuk reaksi kondensasi karbonil. Tetapi terbentuk reaksi Cannizarro. Reaaksi Cannizarro adalah reaksi dimana aldehid teroksidasi menjadi asam karbonat dan setengahnya akan tereduksi menjadi alkohol.
                   Didalam erlenmeyer diberi pengaduk magnetik dan pengadukan dilakukan di mechanical stirrer. Kemudian dimasukan NaOH tetes demi tetes sambil diaduk selama 5 menit. Dan waktu pengadukan suhu tetap dijaga. Jika suhu mendekati atau lebih 220 C maka didalam bekker glass diberi es batu sampai suhu kembali stabil. Jika suhu kurang dari 200 C maka es batu dikeluarkan dari bekker glass sampai suhu kembali stabil. Disini digunakan katalis basa NaOH karena adanya katalis basa akan menghasilkan ion enolat yang lebih relatif dari pada enol yang dihasilkan katalis asam.
                   Pada saat penambahan NaOH terjadi perubahan warna menjadi merah, agak orange dan lama kelamaan menjadi endapan kuning. Setelah NaOH habis dan telah diaduk selama 5 menit, larutan didiamkan selama 10 menit untuk mengoptimalkan reaksi yang terjadi. Selain itu juga untuk memisahkan endapan dengan pelarutnya sehingga akan memudahkan penyaringan. Kemudian disaring dengan corong buchner yang dihubungkan dengan vaccum agar dihasilkan endapan yang lebih kering. Residu atau kristal yang dapat dicuci dengan aquadest untuk menetralkan endapan, dan dicuci lagi dengan etanol untuk melarutkan sisa-sisa asam yang masih menempel dalam endapan sampai endapan bersifat netral.
                   Untuk mengetahui apakah larutan netral atau belum bisa menggunakan kertas lakmus merah, karena basa membirukan kertas lakmus merah. Apabila kertas lakmus diberi larutan warnanya berubah menjadi biru berarati larutan masih basa. Jika kertas lakmus merah tetap berwarna merah berarti pH nya sudah netral.
                   Setelah itu kristal dimasukan dalam bekker glass dan ditambahkan etanol dan aquades dalam keadaan panas. Endapan tersebut kemudian didinginkan, dan disaring dengan corong buchner menggunakan kompressor untuk menyerap kandungan air yang ada dalam endapan. Selanjutnya residu atau kristal diletakkan dalam cawan petri dan dimasukan kedalam exicator, supaya kandungan air atau etanol yang ada dalam Dibenzilidinaseton tidak menguap dan tetap pada suhu kamar. Karena suhu exicator berbeda dengan suhu lingkungan luarnya. Waktu pengeringan kurang lebih dibutuhkan waktu 3 hari dan terbentuklah endapan berupa kristal berwarna kuning dan berbau menyengat.
                   Setelah pengeringan dalam exicator selama kurang lebih 3 hari, endapan ditimbang berat keringnya dan ditentukan titik leburnya. Penetapan titik lebur dilakukan dengan cara memasukan zat dalam pipa kapiler. Kemudian pipa kapiler dimasukan dalam lubang kecil diatas lubang termometer pada alat melting point. Setelah itu diamati suhu awal melebur sampai melebur sempurna. Dimana titik lebur standarnya yaitu 1200 C – 1400 C.             

2.4 Kegunaan Dibenzilidinaseton
                   Kegunaan Dibenzilidinaseton banyak sekali. Salah satunya dalam bidang Farmasi digunakan sebagai bahan obat Anti Kanker.

2.5  Mekanisme reaksi Dibenzilidinaseton











BAB III
PENUTUP

3.1    KESIMPULAN
v  Pembuatan Dibenzilidinaseton melalui reaksi kondensasikarbonil benzaldehida dan aseton.
v  Dibenzilidinaseton berasal dari reaksi antara benzaldehida dan aseton.
v  Pembuatan dibenzilidinaseton yang menggunakan katalis basa (NaOH) sehingga menghasilkan ion enolat yang reaktifitasnya tinggi.
v  Benzaldehida bertindak sebagai elektrofil dan Aseton sebagai nukleofil.
v  Hasil yang diperoleh berupa endapan dibenzilidinaseton dengan pemerian krisatal berwarna kuning dan berbau menyengat.
v  Reaksi kondensasi ialah reaksi penggabungan 2 molekul atau lebih untuk menjadi molekul yang lebih besar tanpa mengurangi atom-atomnya.









DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2011. Petunjuk Praktikukm Kimia Organik, Fakultas Farmasi UMS. Surakarta

Fesenden dan Fesenden, 1992. KIMIA ORGANIK JILID II, Erlangga. Jakarta

Hart. Harrold, 2003. Kimia Organik, Erlangga.Jakarta

Samhoedi. M, 1975. Kuliah dan Praktek Kimia Farmasi Preporative, Fakultas Farmasi UGM. Yogyakarta

Yammamoto. M, or. 1958. Mekanisme Reaksi Kimia Organik, IKIP Surabaya Press; Surabaya