Tugas Makalah Ilmu Alamiah Dasar
Perkembangan dan Pengembangan
IPA
Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Alam Menurut Islam
SIGIT SETYO
PRASOJO
K100100106
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2011
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah
saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya, saya
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pengembangan Ilmu Pengetahuan Alam Menurut Islam” tepat pada waktunya.
Makalah ini
merupakan pengembangan pembelajaran untuk pemahaman lebih lanjut dalam mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar (IAD)
secara mendalam. Semoga makalah ini dapat berguna sebagaimana mestinya dalam
pengembangan mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar, khususnya di Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta ini.
Terima kasih saya
ucapkan kepada dosen pengajar mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar, atas bimbingan
dan pengarahannya selama penyusunan makalah ini, serta pihak-pihak yang telah
membantu dan tidak dapat disebutkan satu per satu.
Saya juga menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saya sangat
membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dan pada intinya untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan agar dimasa
yang akan datang lebih baik lagi.
Penulis,
SIGIT SETYO PRASOJO
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .............................................................................................. ii
Daftar Isi ....................................................................................................... iii
BAB 1. PENDAHULUAN .......................................................................... 1
BAB 2. PEMBAHASAN ............................................................................. 3
BAB 3. KESIMPULAN ............................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 11
BAB 1
PENDAHULUAN
Manusia
adalah khalifah di bumi. Dapat juga disebut sebagai penguasa, pengelola, penata
dan pembangun. Pengangkatan manusia sebagai khalifah, pengemban amanah
dilengkapi oleh Allah dengan akal. Akal merupakan nikmat Allah, Pada zaman
purba manusia bepergian dengan berjalan kaki, kemudian mendapat gagasan
memanfaatkan binatang, lalu menciptakan roda dan kendali, lalu berangsur-angsur
memperbaiki kecepatan dan menciptakan teknologi transportasi sehingga dan
kereta binatang menjadi kereta api, dan kereta api menjadi mobil, dan mobil
menjadi pesawat terbang. Demikian pula dan perahu layar meningkat ke kapal api.
ini, adalah merupakan hasil dan kerja makhluk yang mempunyai akal, yakni
manusia. Di samping akal, Allah mengirimkan Rasul-Nya yang disertai dengan
wahyu, sebagai penuntun manusia dalam menjalankan misinya, agar tidak
terperosok ke jalan yang salah dan sesat.
Para
pemikir Islam abad XX, khususnya setelah Seminar Internasional Pendidikan Islam
di Makkah pada tahun 1977, mengklasifikasikan ilmu menjadi dua kategori yaitu:
1. Ilmu abadi (perennial knowledge) yang
berdasarkan wahyu. Ilahi yang tera dalam Alouran dan Hadis serta segala yang
dapat diambil dari keduanya. hanya diberikan kepada manusia.
2. Ilmu yang
dicari (acquired knowledge) termasuk sains kealaman dan terapannya yang
dapat berkembang kualitatif dan penggandaan, selama tidak bertentangan dengan
Syari‟ah sebagai sumber nilai.
Dalam
konsep Islam (Timur), semua yang dipikirkan, dikehendaki, dirasakan dan
diyakini, membawa manusia kepada pengetahuan dan secara sadar menyusunnya ke
dalam sistem yang disebut Ilmu. Tetapi berbeda dengan konsep Barat, yang
mengelompokkan ilmu itu kepada tiga; (1) Sciences (ilmu-ilmu kealaman,
murni, biologi, fisika, kimia dam lainnya, (2) Social Sciences (ilmu-ilmu
kemasyarakatan yang menyangkut perilaku manusia dalam interaksinya dalam
masyarakat, dan (3) The Humanities (humaniora), ialah ilmu-ilmu
kemanusiaan yang menyangkut kesadaran akam perasaan kepribadian dan nilai-nilai
yang menyertainya sebagai manusia.
Para
ilmuan dewasa ini, baik ahli sejarah atau filsafat sains mengakui, bahwa
sejumlah gejala yang dipilih untuk dikaji oleh ilmuan adalah alam materi. Ilmu
pengetahuan ke-alam-an ini, menurut A. Mattulada, yang utama menghasilkan
peralatan-peralatan kehidupan manusia yang disebut teknologi.
BAB 2
PEMBAHASAN
Ilmu pengetahuan (sains) adalah
teori-teori yang dikumpulkan manusia melalui suatu proses pengajian dan dapat
diterima oleh rasio. Dalam pengumpulan data dan berbagai observasi dan
pengukuran pada gejala alamiyah itu dianalisis, kemudian diambil kesimpulan.
Inilah yang diberi istilah intizhar suatu kajian yang ada hubungannya dengan
nazhar, yang bunyi dan artinya dekat dengan nalar.
Ciri khas dan sains natural, ialah
disusun atas dasar intizhar terhadap gejala-gejala alamiyah yang dapat di
teliti ulang oleh orang lain, dan merupakan hasil konsensus masyarakat ilmuan
yang bersangkutan. Tegasnya mernpunyai sifat keterbukaan.
Bila
ditelusuri ayat-ayat Alquran, akan dijumpai 854 kali kata „ilm disebut dalam
berbagai bentuk dan arti. Antara lain sebagai proses pencapaian pengetahuan dan
objek pengetahuan. Semua ilmu pengetahuan kealaman berkembang secara induktif
dan intizhar, maka dengan
semakin dewasanya sains natural itu sendini dan matematika, ia dapat berkembang
secara deduktif. Dengan matematika dapat dirumuskan model-model alam atau
gejala alamiyah yang sifat dan kelakuannya dapat dijabarkan secara matematis.
Namun dari sekian banyak model yang dapat direkayasa, hanya mereka yang
konsekuensinya sesuai dengan gejala alamiyah yang teramatilah yang dapat
diterima oleh masyarakat ilmuan yang bersangkutan.
Intizhar
akan melahirkan teori-teori baru, kemudian menghasilkan teknologi sebagai
penerapan sains secara sistematis untuk mengubah / rnempengaruhi alam
rnateri di sekeliling kita dalam suatu proses produktif ekonomis untuk
menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi umat manusia. Teknologi pembuatan
mesin, pembuatan obat-obatan, pembuatan beraneka ragam bahan, termasuk bahan makanan,
dan sebagainya adalah hasil penerapan ilmu fisika, kimia, biologi, dan
lain-lain ilmu kealaman yang sesuai.
Aya-ayat
Alquran tidak satu pun yang menentang ilmu pengetahuan, tetapi sebaliknya
banyak ayat-ayat Alquran menghasung dan menekankan kepentingan ilmu pengetahuan. Bahkan salah satu
pembuktian tentang kebenaran Alquran adalah ilmu pengetahuan dan berbagai
disiplin yang diisyaratkan. Memang terbukti, bahwa sekian banyak ayat-ayat
Alquran yang berbicara tentang hakikat-hakikat ilmiyah yang tidak dikenal pada
masa turunnya, namun terbukti kebenarannya di tengah-tengah perkembangan ilmu,
seperti: (a) Teori tentang expanding universe (kosmos mengembang), QS:
51: 47), (b) Matahari adalah planet yang bercahaya sedangkan bulan adalah
pantulan cahaya matahari. (QS: 10 5), Bumi bergerak mengelilingi matahari ...(QS: 27: 88), (c) Zat
hijau daun (klorofil) yang berperan dalam mengubah tenaga radiasi matahari
menjadi tenaga kimia melalui proses fotosintesis sehingga menghasilkan energi
(QS: 36: so). Bahkan, istilah Al-Quran al-syajar al-akhdhar (pohon yang
hijau) justru lebih tepat dan istilah klorofil (hijau daun), karena zat
tersebut bukan hanya terdapat dalam daun, tetapi di semua bagian pohon, dan (d)
Bahwa manusia diciptakan dari sebagian kecil sperma pria dan setelah
fertilisasi (pembuahan) berdempet di dinding rahim (QS:86: 6 dan 7; 96: 2).
Banyak
lagi yang lain tidak mungkin dikemukakan satu persatu, sehingga tepat sekali
kesimpulan yang dikemukakan Dr. Murice Bucaille, bahwa tidak satu ayat pun
dalam Alquran yang bertentangan dengan perkembangan ilmu pengetahuan.
Salah
seorang tokoh pembaharuan dalam Islam, Muhammad Abduh mengatakan, Islam adalah
agama yang rasional, agama yang Sejalan dengan akal, bahkan agama didasarkan
atas akal. Pemikiran rasional merupakan dasar pertama dari dasar-dasar Islam
yang lain. Pemikiran rasional menurutnya adalah jalan untuk memperoleh iman
sejati. Iman, tidaklah sempurna, kalau tidak didasarkan atas akal.
Alquran
antara lain menganjurkan untuk mengamati alam raya, melakukan eksperimen dan
menggunakan akal untuk memahami fenomenanya, yang dalam hal ini ditemukan
persamaannya dengan para ilmuan, namun di lain segi terdapat pula perbedaan
yang sangat berarti antara pandangan atau penerapan keduanya. Dibalik alam raya ini
ada Tuhan yang wujud-Nya dirasakan di dalam diri manusia, dan bahwa tanda-tanda
wujud-Nya itu akan diperlihatkan-Nya melalui pengamatan dan penelitian manusia,
sebagai bukti kebenaran Alquran. Hal ini dapat dibuktikan dengan memperhatikan
bagaimana Alquran selalu rnengaitkan perintah-perintah-Nya yang berhubungan
dengan alam raya dengan perintah pengenalan dan pengakuan atas kebesaran dan
kekuasaan-Nya. Bahkan, ilmu dalam pengertian yang umum sekalipun oleh wahyu
pertama Alquran (iqra'), telah dikaitkan dengan bismi rabbika. Ini
memberi isyarat bahwa “ilmu tidak dijadikan untuk kepentingan pribadi,
regional, atau nasional, dengan mengorbankan kepentingan-kepentingan lainnya‟.
Ilmu
pada saat dikaitkan dengan bismi rabbika kata Prof. Dr. „Abdul Halim
Mahmud, syaikh Jami‟ Al-Azhar- menjadi “demi karena Tuhan Pemeliharamu,
sehingga harus dapat memberikan manfaat kepada pemiliknya, warga masyarakat dan
bangsanya. Juga kepada manusia secara umum. Ia harus membawa bahagia dan cahaya
keseluruh penjuru dan sepanjang masa.”
Di
Italia pernah diadakan suatu permusyawaratan ilmiyah tentang cultural
relations for the future, yang kesimpulannya antara lain; Untuk menetralkan
pengaruh tenologi yang menghilangkan kepribadian, kita harus menggali
nilai-nilai keagamaan dan spiritual.
Muhammad
Iqbal, pernah mengungkapkan senada dengan pernyataan di atas, ketika ia
menyadari dampak negatif perkembangan ilmu dan teknologi. Katanya; kemanusiaan
saat ini membutuhkan tiga hal, yaitu penafsiran spritual atas alam raya,
emansipasi spritual atas individu, dan satu himpunan asas yang dianut secara
universal yang akan menjelaskan evolusi masyarakat manusia atas dasar
spiritual. Sungguhpun ungkapan ini lebih dahulu dan pertemuan di Italia
tersebut, namun tujuannya sama yakni pentingnya nilai-nilai agama untuk pengendalian diri
dan pengaruh negatif yang timbul dan teknologi dan perkembangan ilmu
pengetahuan.